Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar menghadiri Diskusi Terbatas CastleAsia Indonesian Country Program. Acara tersebut dihadiri pula CEO dan pimpinan perusahaan multinasional/lembaga perwakilan asing di Rizt Carlton Hotel, Jakarta, Selasa (28/2/2023).
Acara tersebut diikuti tak kurang dari 20 perwakilan perusahaan multinasional, antara lain Microsoft Indonesia, Danone, City Bank, Orica Mining, Jhohson and Jhonson, BP Indonesia, BNP Paribas, Australian Embassy Bank, OCBC NISP, hingga Hill Konsultan.
Para pengusaha yang hadir mempertanyakan persoalan-persoalan penting di Indonesia yang perlu disikapi di masa depan. Antara lain soal bonus demografi, kelanjutan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), pendidikan dan guru, hingga masalah komitmen Indonesia terhadap energi baru dan terbarukan.
Menanggapi hal itu, Cak Imin, sapaan Muhaimin Iskanda menyatakan dirinya dan PKB terus mendorong alokasi APBN untuk pembangunan Sumberdaya Manusia (SDM), khususnya kaum muda. Menurutnya masa depan Indonesia akan maju jika SDM muda memiliki kapasitas yang unggul dan berdaya saing.
“Saya setuju APBN kita dialokasikan kepada sabanyak-banyaknya anak muda, investasi dan alokasi APBN ini mutlak dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas anak kuda kita,” kata Cak Imin.
Di sisi lain, Wakil Ketua DPR RI itu juga mendorong Kemendikbud untuk membangun sistem pendidikan dan pelatihan yang benar-benar massal untuk meingkatkan produktifitas generasi muda sesuai dengan kebutuhan pasar, baik nasional maupun internasional.
Terkait dengan IKN, Cak Imin membeberkan tiga nilai tambah jika program besar itu tersealisasi. Pertama, IKN dapat mengatasi kesenjangan pembangunan Indonesia di bagian barat dan Indonesia bagian timur.
“Banyak mutu pendidikan dan kualitas SDM di Indonesia timur ketinggalan. Nah IKN ini kita harap jadi jembatan pemerataan kualitas SDM,” tuturnya.
Kedua, lanjut Cak Imin, IKN dibangun dengan target untuk membangun sistem kota baru yang canggih dan didesain dari awal dengan konsep modern. “Nah Jakarta kita tahu kurang cepat menghadapi masa depan teknologi perkotaan dan masyarakat urban baru yang kosmopolitan dan mendunia,” urainya.
Ketiga, IKN diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya. “Memang masalahnya ada di anggaran yang cukup besar. Dan IKN ini bisa disebut sebagai masa depan pembangunan yang memberi harapan baru bagi saudara-saudara kita di Timur,” ujar Cak Imin.
Terkait dengan guru, Cak Imin menjelaskan bahwa keberadaan mereka adalah inti dalam sistem pendidikan. Ada tiga catatan Cak Imin terkait guru di Indonesia. Pertama, kualitas guru harus adaptif dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan maupun teknologi, sekaligus mampu mendelevery secara baik kepada peserta didik.
Kedua, lanjut Cak Imin, soal kesejahteraan guru. “Saya kira pemerintah perlu mencontoh sekolah sekolah swasta yang bagus dan maju, di mana mereka cenderung lebih terukur dan stabil memanage kesejahteraan guru,” tutur Cak Imin.
Ketiga, jumlah guru yang memadai. Menurut Cak Imin, jumlah guru di Indonesia masih sangat jauh dari angka ideal. Bahkan, ia juga menyoroti sistem rekrutmen guru yang masih bekum optimal sehingga memengaruhi kualitas guru.
“Saya setuju guru harus benar-benar menjadi prioritas untuk masa depan Indonesua yang akan datang,” tukas Cak Imin.